Layanan Kami
PELATIHAN
CERITA LAPANGAN
Berita GEMI
ARTIKEL GEMI
Gunung Kidul merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki karakteristik pedesaan, bergunung-gunung, kering, dan kurang subur. Secara perekonomian, Gunung Kidul juga merupakan daerah dengan pendapatan per kapita paling rendah dengan mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani lahan kering. Dengan hanya mengandalkan hasil usaha pertanian lahan kering dan luasan lahan tidak besar, setiap keluarga di Gunung Kidul tentu saja membutuhkan sumber penghidupan lain yang mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Upaya yang dilakukan umumnya adalah berdagang, menjadi buruh di kota, pengrajin, ataupun aktivitas usaha lainnya.
Anggota GEMI juga mewakili profil sebagian besar keluarga di Gunung Kidul, bahkan ada beberapa anggota yang kehidupan sosial ekonominya jauh tertinggal dari kebanyakan rumah tangga di sekitarnya. Bahkan pada tahun 2015, GEMI memfasilitasi anggota dampingannya, seorang nenek dhuafa dan telah menjanda yang merawat beberapa cucunya yang ditinggalkan orang tuanya, untuk mendapatkan program bedah rumah dari BAZNAS. Program ini bertujuan untuk merekonstruksi rumah tidak layak huni menjadi rumah layak huni yang memenuhi persyaratan kesehatan bagi penghuninya. Anggota GEMI yang mendapat akses bantuan ini bernama Mbah Lamiyem. Mbah Lamiyem ini merupakan perempuan kepala keluarga yang tinggal dalam sebuah rumah yang lebih layak disebut gubug di pinggir hutan, karena rumah dan hartanya telah tergadaikan untuk menutup hutang anaknya terhadap rentenir.
Mbah Lamiyem memiliki dua orang cucu, bahkan salah satunya seorang perempuan, berinisial YS , yang sudah mulai menginjak dewasa dan telah menikah di usia muda. Di umur pernikahan yang masih seumur jagung, ternyata YS ditinggalkan suaminya, dan tidak ada kabar berita selama kurang lebih satu tahun. Dengan kondisi tanpa kepastian, YS memiliki keinginan untuk mengajukan gugat cerai kepada suaminya karena sudah tidak diberikan nafkah lahir dan batin. Akan tetapi, mengajukan gugat cerai bukanlah sebuah persoalan yang mudah bagi YS dan Mbah Lamiyem, semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, padahal untuk mencukupi kehidupan sehari-hari saja dirasakan sudah begitu berat.
Melihat kondisi YS dan Mbah Lasiyem, Fasilitator (Pendamping) GEMI berupaya mencarikan solusi atas problem pernikahan YS. Setelah mendapatkan beberapa informasi terkait pengajuan gugat cerai bagi warga tidak mampu, Fasilitator GEMI mengajak YS ke Kantor Pengadilan Agama untuk berkonsultasi. Alhamdulillah, ternyata Pengadilan Agama memiliki program bantuan pembiayaan gugat cerai atau menggratiskan biaya gugat cerai bagi warga tidak mampu. Setelah melakukan proses pengajuan dan pengurusan kelengkapan administrasi, dalam tempo sekitar satu bulan, proses perceraian dapat dilakukan dan YS telah resmi bercerai dari suaminya.
Tidak lama setelah proses perceraian dan YS mulai mampu menata kehidupan barunya, di usianya menginjak 20 tahun, YS akhirnya melangsungkan ikatan janji pernikahannya yang kedua pada Kamis, 17 November 2016. Sebagai keluarga besar GEMI, kami hanya bisa mendoakan, ”Semoga pernikahanmu kali ini lebih menenangkan dan menentramkan hatimu serta penuh keberkahan. Aamiin...”.
Kulon Progo, The Jewel of Java, adalah salah satu kabupaten di Propinsi D.I.Yogyakarta yang selain terkenal dengan makanan khas tradisionalnya yaitu geblek, juga menyuguhkan berbagai tempat wisata yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Berbagai macam wisata ada di sini, mulai dari wisata air (pantai, waduk, air terjun, danau) hingga perbukitan seperti: bukit Kalibiru, kebun teh, puncak, gua-gua peninggalan zaman dahulu serta kebun buah naga dan lokasi sentra batik. Selain jaraknya dekat dengan Kota Jogja dan Kabupaten Bantul, kemudahan akses ke lokasi wisata juga mendukung. Sangat tepat pada tahun ini GEMI Kantor Bantul mengadakan wisata keluarga ke kabupaten tetangga ini.
Berawal dari aspirasi anggota GEMI yang menginginkan wisata bersama, Pengurus dan Manajemen sangat mengapresiasi hal tersebut hingga menjadi sebuah program kerja. Dengan cara menabung setiap minggunya, anggota dapat mengumpulkan dana untuk biaya wisata. Mulai dari Rp 2.000,00 per minggu, dalam satu tahun telah terkumpul kurang lebih Rp 100.000,00. Dengan jumlah nominal uang tersebut ternyata mampu mencukupi untuk mengunjungi beberapa destinasi wisata di Kulon Progo. Akhirnya, pada Minggu, 6 November 2016, telah dilaksanakan wisata keluarga GEMI Kantor Bantul, dengan menggunakan tiga bus, dengan jumlah peserta sebanyak 146 orang dewasa, tidak terhitung dengan anak-anak yang menjadi peserta tambahan.
Berangkat pada pukul 08.15, tiga bus menuju ke destinasi pertama, yaitu Pantai Glagah 2 dan 1. Sesampainya di Pantai Glagah, para peserta dikumpulkan di pendopo pantai dengan acara perdana tukar menukar kado yang sudah disiapkan dari rumah masing-masing. Sesi pembukaan dikawal oleh Bapak Gaib A., sedangkan sambutan oleh Manajer GEMI Kantor Bantul Ibu Sudartini dan Ketua Koperasi GEMI Ibu Ekantini. Dalam sambutan Ibu Ekantini, beliau menyampaikan bahwa agenda ini bisa dimanfaatkan untuk saling bersilaturahim dan menambah saudara. Selain itu, beliau berpesan untuk selalu semangat dan terus berkarya. Di sesi pembagian dorprize, peserta diberi pertanyaan seputar GEMI dan diminta untuk memberikan kesan dan pesan selama menjadi anggota GEMI. Salah satu peserta mengemukakan bahwa, “Di GEMI kami selalu diajarkan untuk disiplin dan bertanggung jawab. Semoga ke depannya usaha kami semakin lancar dan maju dengan pembiayaan dari GEMI,” ujarnya dengan penuh semangat.
Di Pantai Glagah 1, peserta dapat menikmati keindahan laguna dan disediakan kapal atau sepeda kayuh untuk mengelilinginya. Selain itu karena Pantai Glagah memiliki ombak yang cukup tinggi, di pinggir pantai dipasang tetrapod untuk memecah ombak. Inilah salah satu keunikan dari Pantai Glagah yang tidak dimiliki oleh pantai lainnya. Setelah peserta puas menikmati wahana dan pemandangan yang ada, mereka berburu oleh-oleh khas pantai Glagah. Mulai dari masakan udang, ikan, undur-undur laut, dan makanan khas lainnya.
Lokasi kedua adalah Hutan Mangrove. Di sini kami dapat berkeliling melalui jembatan Api-api yang dibangun dengan kayu dan bambu. Jembatan ini sangat unik, hanya dengan material kayu dan bambu serta dibuat bertingkat. Jembatan bagian atas digunakan untuk wisatawan yang akan masuk ke Hutan Mangrove, sedangkan jembatan bawah digunakan untuk wisatawan yang pulang dari Hutan Mangrove. Karena cuaca yang terik, kami bergegas untuk berpindah ke lokasi ketiga yaitu Waduk Sermo.
Di Waduk Sermo, kami disuguhi waduk nan luas dengan hamparan pepohonan menghijau yang mengelilingi waduk. Destinasi ini menyajikan keindahan panorama waduk, lengkap dengan kapal-kapal yang dapat disewa untuk mengelilingi waduk. Tidak lupa di lokasi ini, kami menunaikan sholat ashar dan berfoto bersama. Di bawah ini adalah foto bersama sebagian peserta wisata dengan view bukit di Waduk Sermo.
Gemi.co.id - Pada
pekan lalu tepatnya tanggal 2 Oktober 2016 GEMI cabang Bantul telah
melaksanakan program Bazar dan Pengajian untuk dhuafa yang dimulai dari pukul
10.00-12.00. Selain bazar dan pengajian, panitia juga menyelenggarakan
pembagian sembako untuk janda dan pemeriksaan kesehatan secara gratis.
Sebagian peserta berfoto bersama
Antusiame
dari warga sangat besar terkait pemeriksaan kesehatan yang diadakan kali ini,
apalagi target utama peserta yang direncanakan adalah mayoritas ibu-ibu anggota
GEMI lanjut usia. Adapun fokus pengajian yang diangkat oleh panitia
penyelenggara adalah “Mempersiapkan Bekal Akhirat”. Tema ini dipilih selain
sebagai sarana untuk saling mengingatkan sesama muslim, yang lebih penting
yaitu bagaimana kita mempersiapkan bekal untuk ke akhirat.
Peserta
yang 99% adalah ibu-ibu tentu sangat senang ketika mengetahui adanya sembako
murah bahkan gratis, sehingga agenda seperti ini sangat dinanti dan diharapkan
diadakan kembali dikemudian hari. Semoga GEMI semakin sukses dan terus memberi
manfaat bagi anggota dan masyarakat.(GEMI,DS)
Beberapa hari yang lalu telah berlangsung agenda studi banding antara koperasi baru dari Yayasan Ribatul Ukhuwah Tegal ke Koperasi Syariah GEMI Yogyakarta, tepatnya pada tanggal 27-29 September 2016. Ini adalah kali kedua tim tersebut bertandang ke GEMI setelah kunjungan mereka pada tahun 2015. Koperasi ini merupakan pendatang baru yang dirintis satu setengah tahun yang lalu dan belum memiliki nama resmi.
Ada empat delegasi yang berpartisipasi dalam studi banding ini, yaitu: Pak Isya Imanuddin, Pak Fredy, Bu Warjiyem, dan Bu Siyami. Tujuan utama dari studi banding kali ini adalah untuk pematangan konsep di lapangan, sekolah untuk anggota, dan administrasi. Maka, selama tiga hari kunjungan, tim banyak terjun ke kantor cabang dan langsung berinteraksi dengan fasilitator dan anggota GEMI di lapangan.
Di hari kedua, kunjungan dilanjutkan oleh dua orang dari tim, yaitu: Pak Fredy dan Bu Siyami. Pada wawancara di akhir kunjungan, Pak Fredy mengemukakan bahwa kunjungan kali ini sangat berkesan. “Saya diajak ke rembug bersama Pak Gaib dan bertemu dengan ibu-ibu. Saya belajar cara transaksi di lapangan dan melakukan uji kelayakan. Mereka sangat senang dengan kedatangan saya, bahkan teman-teman (GEMI) cabang Bantul mengajak saya untuk mendaftar menjadi karyawan dan bekerja di sini,” tutur Pak Fredy dengan tawa dan keceriaan khas beliau yang sumringah.
Berbeda lagi dengan Bu Siyami, beliau mengatakan bahwa banyak ilmu yang didapat selama kunjungannya di sini. “Sejak hari pertama hingga hari terakhir, banyak sekali ilmu yang saya dapatkan selama mengikuti sekolah tiga hari ini: belajar administrasi, akad, bahkan ada ujian tertulis untuk kami berdua dan kami tidak boleh saling mencontek. Di sisi lain, saya juga belajar dari beberapa sosok seperti Bu Ekan, Bu Suni, Bu Tini, dan staf lainnya, yang semangatnya luar biasa. Saya merasa sangat beruntung dapat berkunjung ke sini dan dipertemukan dengan orang-orang baik yang berkenan membantu kami,” kata Bu Siyami.
Bu Ekan sebagai kepala koperasi banyak mengajak bertukar pengetahuan dengan Pak Edi dan Bu Ami, bahwa dalam merintis usaha koperasi perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak. Niat yang lurus juga akan memberikan dampak positif bagi ummat dan koperasi itu sendiri hingga nanti akan banyak investor yang berdatangan. “Intinya, kapanpun Bapak Ibu membutuhkan bantuan maupun pertanyaan, silakan kontak kami. Kami siap membantu,” ujar Bu Ekan dengan hangat.
Bapak Fredy(kiri), Ibu Siyami(tengah) dan Ibu Ekan(kanan) |
Foto di atas diambil beberapa saat sebelum tim dari Yayasan Ribatul Ukhuwah Tegal pulang pada Kamis malam, didampingi Bu Ekan selaku Kepala Koperasi GEMI di kantor GEMI yang baru di Jalan Veteran No.57 Warungboto Umbul Harjo Yogyakarta.
Demikianlah kunjungan selama tiga hari yang dilalui. Tim sangat senang dan berharap bisa menjalin kerja sama yang berkelanjutan. Dua hari pasca kunjungan, kami mendapat kabar dari mereka bahwa selama dua hari tersebut ada tiga kelompok baru yang mau bergabung dan tim siap mengaplikasikan hal-hal yang telah didapat dari GEMI.
Anda tentu pernah melihat hasil
kreasi anyaman pandan berupa tas, dompet, tikar, dan lain-lain. Tahukah Anda
bahwa tas tersebut terbuat dari pandan berduri? Pandan duri (Pandanus
tectorius) sebenarnya tumbuh subur di daerah pantai dan pegunungan
berkapur seperti Gunungkidul. Akan tetapi, masih sedikit pengrajin yang
mengembangkan kerajinan tersebut.
Melalui fasilitator Koperasi GEMI, kami mendapat informasi bahwa di daerah Kedung Poh Lor, Nglipar, Gunungkidul terdapat pengrajin tikar mendong. Mendong (Fimbristylis umbellaris), yang memiliki nama lain purun tikus, merupakan rumput yang hidup di rawa. Setelah kami survey ke sana, ternyata ibu-ibu di sana hanya menganyam mendong tanpa mengetahui proses pengolahan mendong tersebut dari bahan mentah hingga siap dipasarkan.
Mereka mendapat bahan tersebut dari ’juragan’ dan nantinya hasil pengolahan juga akan dipasarkan oleh ’juragan’ tersebut. Akhirnya, ibu-ibu pengrajin hanya mendapat upah yang minim. Selain itu, kreativitas mereka juga tidak bertambah karena mereka hanya membuat produk sesuai permintaan ’juragan’. Padahal, mendong sendiri dapat dikreasikan ke berbagai bentuk produk, seperti: tas, sandal, dompet, tempat tissue, dan lain sebagainya. Namun, di pasaran, kreasi mendong kalah dengan kreasi pandan yang lebih bagus secara pewarnaan dan bahan. Anyaman mendong memang cenderung lebih lemas daripada anyaman pandan yang kaku. Selain itu, anyaman mendong berwarna lebih kusam sehingga kurang diminati. Dengan berbagai alasan tersebut, kami mencoba mengalihkan anyaman mendong yang telah biasa dilakukan oleh ibu-ibu di sana, ke anyaman pandan yang lebih banyak peminatnya.
Di awal pelatihan, kami mencoba memberi gambaran kepada ibu-ibu yang biasa menghias anyaman mendong tentang produk anyaman pandan. Kami menunjukkan tas-tas dan dompet anyaman pandan yang sudah jadi, namun masih polos dan hanya di-bleaching (proses pemutihan dengan zat kimia). Kemudian kami bersama-sama menghiasnya dengan kain perca, manik-manik, dan juga bunga-bunga dari kain.
Dari berbagai kerajinan anyaman pandan ini, yang paling laku di pasaran adalah clutch. Clutch merupaka tas yang digenggam dan biasanya digunakan saat pesta atau acara-acara formal. Harga clutch di pasaran dimulai denga harga Rp 50.000 untuk yang polos atau hanya diberi satu warna. Bila clutch sudah dihias, harganya bisa menjadi dua hingga empat kali lipat tergantung seberapa bagus hiasan dan bahan hiasannya.
Di pelatihan berikutnya, kami mencoba memberi warna ke pandan yang sudah dianyam. Kemudian ibu-ibu dilatih untuk mencoba membuat pola clutch. Ternyata beberapa ibu-ibu masih kesulitan untuk mengikuti. Meskipun demikian, ibu-ibu tetap antusias untuk menghias clutch anyaman pandan yang sudah jadi. Mereka pun menghias secara berkelompok.
Walaupun masih belum rapi, pandan yang biasa-biasa saja bisa terlihat lebih cantik dan elegan. Ke depan, kami berencana untuk melakukan studi banding ke rumah bapak Sutaryono. Beliau merupakan salah satu pengrajin anyaman pandan yang sudah sukses di daerah Pandak, Bantul. Beliau mengembangkan usahanya sudah lebih dari sepuluh tahun dan hasil produksinya sudah dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia.
Harapan kami, ibu-ibu di daerah Nglipar bisa juga mencoba peluang usaha ini untuk menambah kesejahteraan ibu-ibu di sekitar daerah tersebut. Selain itu, kegiatan ini juga menambah skill ibu-ibu yang sudah bisa menganyam mendong sebelumnya dengan kemampuan menganyam pandan yang pasarnya lebih potensial.
Melalui fasilitator Koperasi GEMI, kami mendapat informasi bahwa di daerah Kedung Poh Lor, Nglipar, Gunungkidul terdapat pengrajin tikar mendong. Mendong (Fimbristylis umbellaris), yang memiliki nama lain purun tikus, merupakan rumput yang hidup di rawa. Setelah kami survey ke sana, ternyata ibu-ibu di sana hanya menganyam mendong tanpa mengetahui proses pengolahan mendong tersebut dari bahan mentah hingga siap dipasarkan.
Mereka mendapat bahan tersebut dari ’juragan’ dan nantinya hasil pengolahan juga akan dipasarkan oleh ’juragan’ tersebut. Akhirnya, ibu-ibu pengrajin hanya mendapat upah yang minim. Selain itu, kreativitas mereka juga tidak bertambah karena mereka hanya membuat produk sesuai permintaan ’juragan’. Padahal, mendong sendiri dapat dikreasikan ke berbagai bentuk produk, seperti: tas, sandal, dompet, tempat tissue, dan lain sebagainya. Namun, di pasaran, kreasi mendong kalah dengan kreasi pandan yang lebih bagus secara pewarnaan dan bahan. Anyaman mendong memang cenderung lebih lemas daripada anyaman pandan yang kaku. Selain itu, anyaman mendong berwarna lebih kusam sehingga kurang diminati. Dengan berbagai alasan tersebut, kami mencoba mengalihkan anyaman mendong yang telah biasa dilakukan oleh ibu-ibu di sana, ke anyaman pandan yang lebih banyak peminatnya.
Di awal pelatihan, kami mencoba memberi gambaran kepada ibu-ibu yang biasa menghias anyaman mendong tentang produk anyaman pandan. Kami menunjukkan tas-tas dan dompet anyaman pandan yang sudah jadi, namun masih polos dan hanya di-bleaching (proses pemutihan dengan zat kimia). Kemudian kami bersama-sama menghiasnya dengan kain perca, manik-manik, dan juga bunga-bunga dari kain.
Dari berbagai kerajinan anyaman pandan ini, yang paling laku di pasaran adalah clutch. Clutch merupaka tas yang digenggam dan biasanya digunakan saat pesta atau acara-acara formal. Harga clutch di pasaran dimulai denga harga Rp 50.000 untuk yang polos atau hanya diberi satu warna. Bila clutch sudah dihias, harganya bisa menjadi dua hingga empat kali lipat tergantung seberapa bagus hiasan dan bahan hiasannya.
Di pelatihan berikutnya, kami mencoba memberi warna ke pandan yang sudah dianyam. Kemudian ibu-ibu dilatih untuk mencoba membuat pola clutch. Ternyata beberapa ibu-ibu masih kesulitan untuk mengikuti. Meskipun demikian, ibu-ibu tetap antusias untuk menghias clutch anyaman pandan yang sudah jadi. Mereka pun menghias secara berkelompok.
Walaupun masih belum rapi, pandan yang biasa-biasa saja bisa terlihat lebih cantik dan elegan. Ke depan, kami berencana untuk melakukan studi banding ke rumah bapak Sutaryono. Beliau merupakan salah satu pengrajin anyaman pandan yang sudah sukses di daerah Pandak, Bantul. Beliau mengembangkan usahanya sudah lebih dari sepuluh tahun dan hasil produksinya sudah dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia.
Harapan kami, ibu-ibu di daerah Nglipar bisa juga mencoba peluang usaha ini untuk menambah kesejahteraan ibu-ibu di sekitar daerah tersebut. Selain itu, kegiatan ini juga menambah skill ibu-ibu yang sudah bisa menganyam mendong sebelumnya dengan kemampuan menganyam pandan yang pasarnya lebih potensial.
Sejak kecil kita tentunya sering mendapat pertanyaan,
”Kalau besar nanti, cita-citanya ingin jadi apa?” Mungkin sebagian akan
menjawab ingin jadi dokter, pilot, guru, dan lain sebagainya. Lalu pernahkan
terpikir di benak kita, apa cita-cita anak-anak bangsa yang mungkin hidupnya
tak berpunya atau yang sudah ditinggal ayah atau ibunya, atau bahkan keduanya.
Mungkinkah mimpi itu hanya akan berakhir menjadi bunga tidur dan lama-lama
menjadi kabur sesaat setelah ia terbangun. Akankah pemandangan ini tak
merisaukan hati-hati kita yang mungkin masih disibukkan dengan harta-harta
dunia.
Siang itu selepas sholat Jumat, Gemi Maal mengadakan
pertemuan dengan para calon penerima donasi beastudi untuk yatim dalam Program
Gerakan Orang Tua Asuh Generasi Bintang. Acara tersebut diadakan di kantor
Kopsyah (Kopersi Syariah) Gemi cabang Gunungkidul. Dalam pertemuan kali ini,
kami mengadakan interview dengan para wali anak yatim dan juga melengkapi
berkas-berkas terkait anak yatim calon penerima beastudi. Dalam pertemuan wali
tersebut kami mampu mengetahui kondisi anak yatim dan keluarga wali secara
langsung.
Pertemuan wali Generasi Bintang |
Sementara itu, para anak calon penerima donasi
beastudi Generasi Bintang dikumpulkan di ruang terpisah. Dalam forum ini kami
mencoba mengeksplor dan memotivasi belajar anak-anak tersebut. Selain itu, kami
juga menggali apa sebenarnya cita-cita anak-anak setelah dewasa nanti. Beberapa
anak menjawab dengan percaya diri. Namun sebagian besar masih malu-malu dan tak
yakin dengan cita-citanya. Kami pun mencoba memotivasi anak untuk terus
bersekolah dan menuliskan cita-cita mereka agar dapat menjadi motivasi mereka saat
semangat turun atau malas belajar. Pertama-tama mereka masih sulit untuk
mengungkapkannya ke dalam tulisan. Namun akhirnya mereka pun bisa menuliskan
hingga menggambarkannya. Acara diakhiri dengan penyerahan tabungan dan beastudi
tunai kepada anak dan walinya.
Acara motivasi Generasi Bintang |
Selepas acara, Tim Gemi Maal berkumpul sejenak untuk
evaluasi. Dalam obrolan itu, kami menyadari berbagai hal. Pertama, melalui
interview dengan wali, kami menyadari bahwa kondisi anak-anak memang cukup memprihatinkan. Hal ini diperkuat saat
di forum banyak anak yang sulit mengungkapkan cita-citanya. Secara psikologis,
anak-anak memang terguncang dan kurang mendapatkan perhatian. Kedua, perlu
adanya pendampingan psikolog untuk memberi motivasi anak yang lebih intens
untuk terus belajar meskipun dalam keterbatasan.
Ke depannya, Gemi Maal punya harapan besar agar kelak
para generasi bintang tak takut untuk memiliki cita-cita yang tinggi, meskipun
dalam berbagai kondisi. Tentunya hal ini tidaklah mudah. Untuk itu, kami
mengajak bapak, ibu, dan saudara sekalian untuk ikut peduli dengan pendidikan
putra-putri generasi bintang dan bergabung menjadi bagian dari gerakan kami :)
Langganan:
Postingan (Atom)
Kantor GEMI
Popular Posts
-
A. Kisah Nabi Muhammad Saw Gelar “ Al Amiin ” yang disematkan oleh kaum Quraisy kepada diri Rasulullah, bukan...
-
Anda sudah pernah mengetahui tanaman pegagan? Tanaman liar yang biasa tumbuh di sawah dan daerah lembab ini ternyata bisa diolah menj...
-
Istilah-istilah dalam ekonomi Islam bukanlah istilah dan maknanya dibuat sendiri tanpa ada contoh konkret dari Rasulullah . Pada zam...
-
Sumber:http://ismailonline.com/ Kemiskinan masih menjadi permasalahan terbesar di Indonesia. sedangkan upaya pemulihan ekonomi b...
-
PERSYARATAN A. MEMBAWA IDENTITAS DIRI B. SETORAN MINIMUM RP. 10.000,00 C. MENGISI FORMULIR PEMBUKAAN REKENING D. SALDO MINIMUM RP.5.00...
-
Sumber: Tempo Online Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap jumlah pengusaha muda yang bergerak di Sektor Usaha Kecil Menenga...
-
TABUNGAN PENDIDIKAN Merupakan simpanan GEMI yang ang berdasarkan prinsip mudharabah muqayyadah yang diperuntukkan bagi persiapan ...
-
Sebuah pesan dari sebuah ayat: “ Laa yughoyyirullahu biqoumin hatta yughoyyiru maa bi anfusihim ”, Allah tidak lah merubah nasib suatu...
-
REPUBLIKA.CO.ID, Inilah dampak letusan gunung terhadap manusia dan lingkungan. 1-Debu atau abu Mengandung beberapa unsur logam yan...
-
Oleh: Wawan Andriyanto, S.H. (Dewan Pengawas Syariah pada Koperasi GEMI, Associate Lawyer pada SAFE Law Firm Yogyakarta) ...
Labels
Artikel
(8)
Feature
(16)
koperasi syariah
(2)
Layanan
(4)
Microfinance
(3)
Muamalah
(1)
News
(10)
PELATIHAN
(10)
PEMBERDAYAAN
(11)
PENDAMPINGAN
(1)
UMKM
(1)